Sesuatu menyambar dari samping—begitu cepat, begitu senyap, hingga Sylas hampir tak sempat bereaksi.
Aku berteriak pelan saat tubuh kami berputar. Sylas menarikku erat dan melompat ke belakang, belatinya sudah terangkat, siap menyerang.
Tapi kemudian, langkahnya terhenti.
"Astaga," desisnya. "Serius, Kael?"
Kabut malam memudar sedikit… dan dari balik bayangan, muncul sosok tinggi dengan rambut putih perak panjang yang berkilau diterpa cahaya bulan. Matanya yang dingin seperti belati membelah udara. Jubah gelapnya berkibar pelan.
Kaelith.
Dia berdiri di tengah jalan keluar, tangannya terlipat, wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa—kecuali matanya yang menatapku. Lama.
Aku menelan ludah.
Sylas masih menggenggam belatinya, tapi tak jadi menyerang. Dia malah mendengus dan menyarungkannya kembali.
"Ck, dramatis sekali," gumam Sylas. "Kau sengaja muncul seperti bayangan hantu hanya untuk menyapaku?"