"Kenapa ... Aku harus jadi pria?" Arvani bertanya dengan nada gugup.
"Pertama, publik sudah mengetahui jika Kelinci Merah adalah seorang pria. Kedua, ini akan menambah keamananmu kalau menjadi Arvani di luar waktu tantangan. Ketiga, aku bisa menjagamu lebih dekat kalau kau menyamar sebagai seorang pria. Yah, tapi ini kembali lagi ke pendapatmu sih. Aku tidak akan memaksa dan bisa saja terjadi hal diluar perkiraan kedepannya."
Arvani termenung. Dia memikirkan kemungkinan yang dapat terjadi selama mengikuti kompetisi Hunter of Tower. Memang, bahaya yang ia dapatkan akan lebih sedikit jika dirinya berada di dekat Daniel.
Walau sampai saat ini Arvani tidak melihat secara langsung kemampuan Daniel.
"Yah, aku gak masalah, sih. Kalo boleh tahu siapa saja yang akan mengincarku?"
Daniel tersenyum tipis mengambil sebuah kartu dari saku jaketnya. "Mari belajar membaca bersamaku."
Arvani menaikkan satu alisnya bingung.
Pria berambut coklat itu mengeluarkan dua buah kartu seraya memberi penjelasan. Kartu pertama berupa mahkota, melambangkan pihak keluarga bangsawan agung Abraham.
Kartu kedua bergambar bendera hitam, melambangkan utusan dari beberapa negara yang berniat membangun hubungan baik dengan keluarga bangsawan agung Abraham.
"Tapi tenang, ada beberapa pihak yang kemungkinan mau bekerja denganmu menghadapi 'mahkota' dan 'bendera negara'."
Tap!
Daniel meletakkan kartu bergambar singa tepat di dekat kartu mahkota.
"Salus. Mereka adalah organisasi yang mengutamakan keselamatan manusia dari seluruh marabahaya di sekitarnya."
"Apa mereka akan membantuku?" Tanya Arvani yang tidak begitu paham dengan maksud ucapan Daniel.
Pria berambut coklat itu menggeleng. "Mereka tidak akan membantu kecuali pertarungan mu dengan 'mahkota' dan 'bendera negara' memberikan dampak sangat buruk kepada calon Hunter lain."
"Lalu pihak terakhir yang pasti akan membantumu menghabisi keluarga bangsawan agung Abraham adalah Ningrum."
Puk!
Daniel menaruh kartu lumba-lumba tepat di atas kartu mahkota dan singa.
"Lumba-lumba?" Arvani bingung kenapa hewan pintar dan imut seperti lumba-lumba justru dijadikan simbol dari kelompok kriminal.
"Dari luar mereka terlihat seperti kelompok sirkus biasa tapi di dalamnya, mereka adalah kelompok psikopat. Sebaiknya kau tidak membuat kerja sama dengan mereka, Arvani."
Arvani mengangguk kecil. Walau masih kurang paham dia akan menuruti ucapan Daniel yang mana pria itu adalah bosnya sekarang.
"Lalu, apa kau ingin menjelaskan tentang miraclemu? Tentu sebagai gantinya aku akan menjelaskan tentang miracleku juga."
"Tentu." Arvani masih tidak mempedulikan kerugian yang ia alami jika membocorkan tentang miraclenya ini.
Melihat kepolosan yang berbahaya ini, Daniel tersenyum tipis.
"Miracle ku adalah jenis miracle yang dapat meniru miracle orang lain."
Srak!
Daniel memperlihatkan kartu kecil dari jaketnya. Kartu berwarna putih bergambar pisau. Detik berikutnya Daniel secara perlahan mengeluarkan pisau tersebut dari dalam kartu.
"Aku bisa menyimpan benda mati, mahluk hidup, bahkan miracle orang lain."
Bola mata Arvani membesar karena kagum. Detik berikutnya ia tersadar kalau sekarang gilirannya menjelaskan.
"Ehem... Aku masih belum mengetahui secara pasti tentang kekuatan ini. Intinya aku bisa memanggil jiwa seseorang dengan mengorbankan satu organku."
'Jangan beritahu tentang mata kirimu dan aku!'
Teriakkan tiba-tiba Kensei sedikit mengejutkan Arvani. Untungnya perempuan itu bisa mengontrol wajahnya.
"Orang ini, padahal dia terlihat tenang akhir-akhir ini. Kenapa jadi aktif lagi?" batin Arvani kesal karena hanya dia yang mendengar teriakan Kensei.
Daniel terlihat berpikir sebentar. "Apa jiwa yang kau panggil dengan lidahmu itu bisa kau perintahkan sesukamu?"
Arvani termenung memikirkan jawaban yang aman. Dari pertanyaan itu jelas Daniel menebak bahwa Arvani mengorbankan lidahnya karena perempuan ini sempat berpura-pura menjadi orang bisu. Perempuan itu memutuskan untuk tidak menjelaskan lebih lanjut tentang kekuatannya pada Daniel.
"Iya. Walau kadang kala jiwa itu mengomel."
Pria berambut coklat itu menjadi tenang. Dia mengambil 2 buah kartu bergambar topeng Kelinci Merah dengan kain merah tipis di bawahnya dan kartu bergambar pedang.
"Bawa kartu ini. Katakan 'lepas' dalam hati kalau ingin menggunakannya. Begitu kita tiba di menara, kau boleh bersikap sesukamu."
.
.
.
Singkat cerita, hari yang dinanti-nanti oleh semua calon Hunter pun tiba.
Daniel dan Arvani mengalami kecelakaan kecil yang membuat keduanya terlambat datang. Tidak, itu bukan kecelakaan. Daniel dengan sengaja ketiduran.
Di perjalanan, pria itu juga dengan sengaja menjatuhkan tiket pesawat ke jalanan. Membuat Mariposa dan Ardi kerepotan mencarinya.
Kenapa Guildmaster ini tiba-tiba bertingkah aneh? Dia hanya sedang kesal karena Mariposa dan Ardi tak sengaja menjual koleksi komik lamanya kepada seseorang yang tidak bisa dilacak keberadaannya.
"Walau murah komik itu edisi pertama yang langka. Kalau kalian membelinya sekarang harganya sudah 5 kali lipat, sialan."
Itu salah satu kebiasaan Daniel ketika marah. Mengumpat di akhir pembicaraan.
Arvani yang tidak ingin terkena marah pun hanya diam di dalam mobil seraya mengamati kartu bergambar topeng kelinci berwarna merah dengan kain merah tipis di tangannya.
Bersyukur pada bentuk tubuhnya yang kurus. Orang-orang akan sedikit sulit mengetahui apakah dirinya pria atau wanita. Di tambah Mariposa membelikan pakaian hitam dengan model yang dapat menutupi pergerakan tubuhnya dari musuh.
"Semoga Mariposa tidak menjadikanku sebagai subjek eksperimen sebagai bayaran baju ini," gumam Arvani yang terlalu sering menonton film.
Lokasi kompetisi Hunter of Tower dirahasiakan pada publik dan hanya segelintir orang berkuasa saja yang mengetahuinya. Maka dari itu mereka menaiki pesawat menuju tempat di mana portal menuju menara berada.
Pertama-tama, begitu tiba di sana Daniel akan pergi lebih dulu ke tempat pendaftaran sementara Arvani akan mencari tempat sepi untuk mengenakan topeng agar wajah aslinya tidak diketahui siapapun.
Daniel mengenakan kemeja satin berwarna ungu gelap dengan hiasan berupa gambar mantra suatu miracle seseorang yang pria itu simpan. Celana hitamnya memiliki untaian benang emas sebagai hiasan.
Pria itu berjalan santai menuju pojok ruangan pendaftaran seraya memesan kopi susu dan kripik pedas. Mata kuningnya memperhatikan sekilas. Tak ada banyak orang di sini yang berarti satu hal.
Dia sudah terlambat.
"Yah, ada sisi baik dan buruknya juga sih," batin Daniel.
Pria itu mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Arvani yang sedang bersiap-siap.
[Kau boleh masuk sekarang.]
[Ad sedlkit masaah guildmater.]
Daniel mengurutkan dahi. Ia masih bisa membaca pesan Arvani walau terdapat kesalahan.
[Masalah apa?]
[Aku bertemu manta Viarki.]
Hampir saja Daniel menyemburkan kopi susu yang sedang diminumnya. Bertemu dengan mantan Viarki tidak ada dalam rencananya. Ini bisa jadi masalah.
Ting!
Pesan dari Arvani kembali muncul.
[Tapi kayaknya gak papa, Viarki itu pergi begitu kuberi makanan.]
Arvani mengirimkan sebuah foto gelang yang terdiri dari kristal ungu dan batu giok.
[Dia memberikanku ini.]
Daniel memperhatikan gelang tersebut dengan seksama. Ia lalu bertanya seperti apa rupa dan penampilan Viarki itu.
[Wanita tua dengan mata kuning dan biru rambutnya abu-abu dan pakaiannya sederhana tapi terlihat mahal.]
[Apa begitu dia berbicara kau langsung mengerti ucapannya?]
[Dia berbicara dengan bahasa Egarta.]
Satu sosok langsung terlintas dalam benak Daniel. Jumlah mantan Viarki yang masih hidup sampai sekarang hanya ada 3 orang dan yang cocok dengan deskripsi Arvani hanya satu.
Seorang Viarki yang dilengserkan oleh anak angkatnya sendiri, Kareen Paleis.