Sylas menatapku sejenak. Pandangannya tidak segila biasanya. Tidak seperti psycho gila. Hanya… kosong. Seperti seseorang yang sedang menggali kenangan dari tanah kubur yang sudah lama dia tutup.
"Aku membunuhnya," katanya akhirnya. Suaranya datar. "Karena dia berkhianat."
Aku menahan napas.
"Adik Mahara… Namanya Nerina. Dia… seharusnya menjadi istri kami."
Nerina.
"Kaelith dan aku," lanjutkan sambil menghela napas pelan. "Dulu, sebelum semuanya berantakan, keluarga Athellen menjodohkan nya dengan kami."
Aku menatapnya. "Perjodohan politik?"
"Begitulah awalnya," gumamnya. "Tapi Nerina… dia berbeda."
Wajahnya melunak. Untuk pertama kalinya, Sylas—yang selalu berbicara dengan lidah tajam dan senyum miring—bicara seperti seseorang yang… merindukan.