Kabut musim dingin menyelimuti reruntuhan Kota Ketujuh di ujung benua utara, tempat di mana dahulu berdiri Kuil Cahaya Zephyra—pusat ilmu dan spiritualitas yang hancur dalam perang terakhir. Tapi malam ini, dari balik reruntuhan pilar dan batu suci, muncul nyala api.
Lima puluh pria dan wanita berjubah merah berdiri mengelilingi lingkaran sihir besar yang diukir di tanah. Di tengahnya, Velgar Tharn berdiri tegak. Rambutnya putih seperti tulang, matanya membara merah. Dulu ia adalah ilmuwan dan pendeta, kini ia adalah sesuatu yang lebih… atau lebih tepatnya, sesuatu yang lebih buruk.
"Mereka mencuri dunia ini dari tangan para pemilik aslinya!" teriak Velgar, suaranya berat dan penuh mantra.
Para pengikutnya bergemuruh.
"Mereka menamakan diri penjaga damai, padahal mereka hanya perampok sejarah dan perusak tatanan suci! Ras Kesepuluh, manusia, dan konspirator Eldrin—mereka menulis ulang dunia tanpa kita!"
Sorak-sorai semakin membahana. Velgar mengangkat tangannya, menunjukkan serpihan Etherion hitam—batu terkutuk yang tercipta saat eksperimen gagal dari perang lama.
"Batu ini... bukan hanya energi. Ini adalah memori penderitaan. Dan sekarang, kita akan balas."
Seketika lingkaran sihir menyala merah darah. Dari dalam tanah, muncul sosok-sosok bayangan—tentara dari energi Etherion yang dikorupsi. Mereka tak sepenuhnya hidup, tapi juga tak bisa disebut mati. "Siluet", begitu kelompok Velgar menyebutnya.
Dan dengan ini, gerakan mereka dimulai.
Kembali ke Ibukota Tengah, Roky duduk bersama tim ekspedisi di dalam pesawat udara menuju utara, tepat ke wilayah reruntuhan yang disebut Del sebagai lokasi potensial "akar Etherion"—tempat yang bisa menjadi penyeimbang konflik antar-ras.
Di dalam kabin, suasana tegang. Semua tahu bahwa misi ini bukan hanya soal penemuan, tapi juga perlombaan waktu.
"Velgar menghidupkan kembali Siluet," kata Garron, mantan jenderal Granith yang kini menjadi penasihat Roky. "Mereka bukan pasukan biasa. Mereka tak mengenal lelah, tak kenal takut. Dan yang paling parah, mereka bisa menginfeksi medan energi di sekitarnya."
Faenil dari Eldrin menambahkan, "Kami dulu menyebut mereka 'bayangan patah'. Mereka muncul dari ketidakseimbangan Etherion… Tapi bukan hanya itu. Mereka juga memperkuat kebencian. Mereka memperbesar rasa takut dan dendam di hati siapa pun yang berada di dekatnya."
"Jadi kita bukan hanya melawan pasukan. Kita melawan ideologi," gumam Liria.
Teya menatap Roky. "Jika dia merekrut pasukan di utara, apa rencananya? Menyerang pusat kota?"
Roky menggeleng. "Lebih dari itu. Dia akan menghancurkan kepercayaan. Menyerang pos perdamaian, menyebarkan hoaks, memprovokasi setiap titik lemah di antara kita."
"Dan sayangnya, titik lemah kita cukup banyak," tambah Del pelan.
Di sisi lain, berita-berita aneh mulai muncul di seluruh dunia.
Di wilayah selatan, sumur Etherion mendadak kering. Di timur, pos perdagangan dibakar tanpa pelaku yang tertangkap. Di barat, mural-mural berdarah muncul di kota-kota kecil: gambar Roky disalib, dengan tulisan "Pahlawan Palsu".
Gerakan ini terorganisir. Terencana.
Dan semakin lama, semakin banyak orang mulai percaya.
Ras-ras yang dulu merasa kehilangan haknya selama perang mulai tertarik pada retorika Velgar. Video-video pendek mulai menyebar: menampilkan kerusakan, kemiskinan, dan "kegagalan sistem damai". Mereka mengklaim bahwa satu-satunya jalan keluar adalah kembali ke asal, membentuk ulang dunia berdasarkan kekuasaan masing-masing ras.
"Separatisme Etherion," sebut media manusia.
"Gerakan Kebangkitan Suci," klaim media bayangan.
Sementara Roky dan timnya menelusuri reruntuhan kuno, mereka menemukan kompleks bawah tanah yang terhubung langsung dengan arteri Etherion. Dindingnya memancarkan cahaya lembut, dan ukiran kuno menggambarkan para leluhur dari sembilan ras berdiri bersama, mengelilingi bola cahaya yang disebut "Yahanara"—cikal bakal Etherion.
"Tempat ini… seperti blueprint asli dunia," gumam Del kagum. "Energi di sini stabil. Tidak korup. Belum disentuh siapa pun selama berabad-abad."
Namun, saat mereka hendak masuk lebih dalam, muncul suara langkah kaki tergesa.
"Dalam formasi!" perintah Roky.
Dari balik bayangan, muncul sekelompok pengikut Velgar yang mengenakan jubah merah. Mereka tidak menyerang langsung, tetapi membawa seorang tawanan—anak kecil dari Ras Myrrh.
"Dia mata-mata kalian," kata salah satu dari mereka. "Kami mengembalikannya… setelah kalian mengembalikan wilayah kami yang direbut oleh koalisi."
Roky maju. "Dia bukan mata-mata. Dia bocah. Dan tidak ada wilayah yang kami rebut. Semua wilayah direstorasi sesuai perjanjian damai."
"Perjanjian kalian. Bukan perjanjian kami."
Tiba-tiba, salah satu dari mereka melemparkan botol ke tanah. Ledakan etherion mentah terjadi. Bukan besar, tapi cukup mengacaukan medan energi sekitar.
Dalam kekacauan itu, tawanan dibebaskan, tapi dua anggota tim Roky luka parah. Salah satunya—seorang healer muda dari Ras Kesepuluh—terbakar oleh energi Siluet yang sempat menyentuhnya.
"Apa yang… masuk ke tubuhnya?" teriak Faenil.
Del memeriksa. "Bukan sihir. Ini virus energi. Penyakit yang diciptakan dari kombinasi trauma dan Etherion korup. Jika menyebar ke jalur energi utama kota…"
"...semua bisa runtuh dari dalam."
Setelah insiden itu, ekspedisi dilanjutkan dengan sangat hati-hati. Tapi satu hal menjadi jelas bagi Roky dan timnya: ini bukan perang biasa.
Velgar tidak hanya menyerang fisik. Ia menyerang makna dari persatuan itu sendiri. Ia membuat orang-orang mempertanyakan fondasi dunia baru.
Dan lebih mengerikan lagi… ia melakukannya dengan sabar.
Di akhir hari ketiga, tim Roky menemukan pintu raksasa yang tersembunyi di dalam akar Etherion. Terukir simbol semua ras, termasuk simbol misterius yang belum dikenal siapa pun—mungkin lambang Ras Pertama, ras purba yang mengawali semuanya.
Saat Roky menyentuh pintu itu, ia mendengar suara dalam pikirannya. Bukan suara jahat… melainkan suara yang sangat tua.
"Yang ingin membangun damai… harus bersedia menyentuh luka paling dalam."
"Masuklah, dan lihat apa yang hilang dari sejarah kalian."
Pintu itu terbuka perlahan, menghembuskan cahaya emas yang tak menyilaukan—tapi juga tak memberi kenyamanan.
Roky melangkah masuk, dan tahu, bahwa untuk menghadapi Velgar Tharn dan pasukannya, ia harus lebih dari sekadar simbol damai.
Ia harus menjadi seseorang yang mengenal sisi tergelap dari setiap ras—termasuk rasnya sendiri.
Dan perjalanannya baru saja dimulai.