Cherreads

Chapter 9 - Chapter 53: Tiga Retakan

Dua hari setelah pertemuan Dewan, Roky berdiri di depan ruang observasi Etherion yang terletak di bawah Ibukota Tengah. Dinding-dinding ruang bawah tanah ini menyimpan arsitektur kuno dari masa sebelum perang, campuran antara reruntuhan ras Eldrin dan jaringan teknologi manusia yang diperbarui oleh Ras Kesepuluh.

Di tengah ruangan, bola besar Etherion berdenyut perlahan—seolah jantung dunia berdetak di dalam sana.

"Fluktuasi kecil di sektor timur. Dan hari ini muncul di sektor utara," ujar Del, seorang teknomag dari ras Kesepuluh. Rambutnya biru gelap, dan sepasang lensa tembus-pandang terpasang di wajahnya.

Roky menyimak pola denyut itu. "Artinya ada gangguan sistematis. Entah sabotase atau aktivasi ilegal."

"Atau keduanya," jawab Del. "Tapi yang aneh, mereka tak hanya menyerang node. Mereka memanipulasi aliran—mengubah arah energi Etherion. Itu butuh pemahaman tinggi tentang struktur dasar jaringan ini."

"Yang artinya… ini bukan kelompok liar biasa."

Sementara itu, di Wilayah Granith Barat, sebuah bentrokan kecil meletus antara kelompok penambang Etherion dari ras Granith dan pasukan patroli ras Zephyra. Pertikaian dimulai dari tuduhan penambangan liar, tapi dengan cepat berubah menjadi bentrokan senjata ringan dan sihir.

"Tembakan pertama berasal dari kalian!" teriak Gurran, pemimpin kelompok Granith, yang wajahnya tertutup debu dan darah.

"Karena kalian memaksa masuk ke wilayah zona hijau tanpa izin!" balas kapten patroli Zephyra.

Dalam waktu singkat, tiga orang terbunuh dan belasan terluka. Ketegangan meledak ke dalam percakapan publik lewat jalur komunikasi umum. Di jaringan berita dan forum antarras, hashtag #GranithMelawan dan #ZephyraMenjajah mendominasi percakapan.

Dewan Harmoni segera mengadakan rapat darurat, dan untuk pertama kalinya dalam dua bulan terakhir, suasana tidak hanya tegang—tapi nyaris pecah.

"Kami minta sanksi! Ini pelanggaran perbatasan dan pelanggaran kedaulatan!" seru perwakilan Granith.

Shireen dari Zephyra, yang hadir secara holografik karena sedang berada di wilayah selatan, membalas dengan suara tajam, "Kedaulatan? Ketika pasukan kalian memanen Etherion dari jalur distribusi bersama, itu pencurian, bukan hak."

Roky berusaha menengahi, tapi untuk pertama kalinya, suara dan kehadirannya ditenggelamkan oleh debat yang penuh emosi. Ia merasa, persatuan yang dibangun dari puing-puing perang mulai retak.

Satu.

Retakan pertama.

Sore hari, di kediaman diplomatik Ras Kesepuluh, Teya menyambut Roky dengan wajah yang tak biasa—pucat, gelisah, dan nyaris marah.

"Kau harus lihat ini," katanya, lalu membuka layar hologram pribadi.

Di sana, tampak video berdurasi pendek yang diunggah oleh kelompok tak dikenal. Seorang pria berjubah merah—mukanya ditutup topeng tengkorak—berbicara di tengah nyala api.

"Granith dan Zephyra hanyalah permulaan. Perdamaian adalah penjara. Harmoni adalah kebohongan. Kami akan membuka pintu neraka dan membiarkan semua ras memilih takdir mereka sendiri. Bebas dari pengatur. Bebas dari 'sang pahlawan'."

Roky menatap layar itu lama. Lalu tanpa sadar duduk.

"Mereka… menjadikan aku simbol yang harus dihancurkan."

Teya mengangguk. "Kau simbol yang mempersatukan. Maka untuk mereka, kau ancaman terbesar."

"Apa masyarakat akan percaya pada video ini?"

"Ada yang akan mencemooh. Tapi juga ada yang merasa tersentuh. Karena tak semua orang merasa nyaman dengan tatanan baru. Ada yang merasa kehilangan identitas lamanya. Merasa tak diwakili."

Roky menutup wajahnya sebentar. "Berarti aku belum cukup menjangkau mereka."

"Atau, kau sudah menjangkau terlalu banyak, terlalu cepat."

Malamnya, Roky menyendiri di menara tertinggi Ibukota Tengah. Tempat yang biasa ia kunjungi untuk bermeditasi dan menulis surat untuk dirinya sendiri—kebiasaan lama sejak masa perang.

Ia menulis:

Hari ini aku menyaksikan dunia yang kupersatukan mulai retak.Retakan pertama adalah ketidakadilan distribusi.Retakan kedua adalah bentrokan berdarah yang tak bisa kucegah.Dan retakan ketiga… adalah keyakinanku sendiri mulai goyah.

Aku tak tahu apakah aku masih cukup kuat untuk berdiri di tengah semuanya. Tapi aku tahu… kalau aku menyerah, maka semua yang telah kita bangun akan benar-benar runtuh.

Tiba-tiba, seekor burung mekanik kecil mendarat di jendela. Burung itu berasal dari Ras Noctari, berisi pesan pendek.

Roky membuka gulungan logam kecil yang menempel di kakinya. Hanya satu kalimat:

"Velgar Tharn telah muncul kembali. Dia membangun pasukan di bawah reruntuhan Kuil Ketujuh."

Tangan Roky bergetar. Nama itu adalah legenda gelap—pemimpin kelompok ekstremis dari Ras Zephyra dan Noctari yang dianggap telah gugur dalam perang besar.

Jika dia masih hidup…

Keesokan harinya, Roky mengunjungi markas kecil Ordo Penjaga Cahaya, sebuah organisasi sukarelawan antarras yang berisi para veteran perang, ilmuwan, dan pemikir muda yang percaya pada perdamaian.

Di sana, ia memanggil lima tokoh kunci:

Teya (Ras Kesepuluh)

Del (teknomag dan analis Etherion)

Garron (mantan komandan Granith yang kini pasifis)

Liria (strategis perang dari ras manusia)

Faenil (utusan spiritual dari Eldrin)

"Jika Velgar Tharn benar-benar hidup, maka ini bukan hanya pemberontakan. Ini gerakan ideologis. Kita butuh misi—bukan perang, tapi pencarian. Sebuah penjelajahan ke tempat paling dalam di dunia ini. Kita cari akar Etherion, dan temukan cara memperkuat jaringan perdamaian."

Del menyahut, "Kau bicara soal Menara Eos?"

Roky mengangguk. "Legenda mengatakan artefak kuno tersimpan di sana. Jika kita temukan dan aktifkan, ia bisa jadi jangkar baru yang mengikat dunia bukan dengan ketakutan, tapi dengan pemahaman."

Liria mencibir. "Dan kalau legenda itu cuma dongeng?"

"Setidaknya kita mencoba sesuatu selain saling bunuh," jawab Roky datar.

Mereka saling berpandangan. Tak ada jaminan berhasil. Tapi mungkin, satu-satunya cara mempertahankan dunia ini adalah dengan menciptakan alasan baru untuk tetap bersatu.

Dan begitu mereka berangkat—ke timur jauh yang diselimuti kabut dan reruntuhan—Roky menyadari satu hal:

Damai bukan tujuan. Ia adalah jembatan yang harus dibangun terus-menerus, bahkan saat semua orang ingin menyeberanginya sambil membawa api.

More Chapters